Pada tanggal 24 Maret 1946, sebuah peristiwa heroik yang dikenal dengan nama Bandung Lautan Api terjadi. Peristiwa ini menandai titik penting dalam sejarah perjuangan Indonesia pasca-proklamasi kemerdekaan, di mana rakyat dan tentara Indonesia secara sengaja mengosongkan sekaligus membakar seisi kota Bandung. Tujuannya sangat strategis: agar kota tersebut tidak dimanfaatkan sebagai basis operasi oleh pasukan Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang ingin kembali menguasai Indonesia setelah masa penjajahan Jepang berakhir.
Taktik pembumihangusan total ini merupakan keputusan yang sangat berat namun dianggap sebagai strategi paling efektif saat itu. Mengingat kekuatan militer Republik Indonesia yang masih terbatas, perlawanan langsung terhadap Sekutu dan NICA yang jauh lebih kuat akan berisiko sangat besar. Oleh karena itu, pengosongan dan pembakaran Bandung menjadi langkah yang menyelamatkan para pejuang dan sekaligus menghalangi musuh untuk menggunakan infrastruktur kota dalam keperluan militer mereka.
Peristiwa ini tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga diabadikan melalui berbagai karya seni, mulai dari lagu perjuangan sampai film dokumenter. Hal ini bertujuan untuk menjaga serta mengingatkan generasi-generasi mendatang akan semangat juang dan pengorbanan luar biasa yang dilakukan oleh rakyat Bandung dan seluruh Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Sejarah dan Latar Belakang Peristiwa Bandung Lautan Api
Pada 12 Oktober 1945, beberapa minggu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) tiba di Indonesia. Misi awal kedatangan mereka adalah membebaskan tentara Sekutu yang sebelumnya menjadi tawanan Jepang semasa Perang Dunia II. Namun, kehadiran mereka ternyata diboncengi oleh pasukan NICA atau pemerintahan Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Nusantara setelah masa penjajahan Jepang berakhir.

Situasi ini memicu konflik yang semakin memanas antara pasukan Republik Indonesia dan Sekutu/NICA. Rakyat dan tentara Indonesia menolak keras kehadiran Belanda yang kembali menjajah, sehingga perlawanan pun merebak di berbagai daerah, terutama di Bandung, yang menjadi kota strategis dan markas utama militer Sekutu di Jawa Barat.
Kronologi Terperinci Peristiwa Bandung Lautan Api
Pasukan Sekutu segera meluncurkan berbagai propaganda dan ultimatum agar rakyat Indonesia meletakkan senjata dan menyerah. Tentu saja, ultimatum ini tidak digubris oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) maupun rakyat Bandung. Sebaliknya, pada malam 24 November 1945, TRI melancarkan serangan sengit terhadap markas-markas Sekutu di wilayah Bandung Utara, seperti Hotel Homan dan Hotel Preanger.
Ultimatum berikutnya dikeluarkan pada 27 November 1945 oleh Kolonel MacDonald kepada Gubernur Jawa Barat, Mr. Datuk Djamin, memerintahkan pengosongan Bandung Utara. Peringatan ini pun masih diabaikan, dan pertempuran berkecamuk hebat hingga posisi-posisi Sekutu di Bandung menjadi sasaran penyerbuan.

Ketegangan terus meningkat hingga Maret 1946. Pada tanggal 17 Maret, Letnan Jenderal Montagu Stopford, Panglima Tertinggi AFNEI di Jakarta, meminta kepada Perdana Menteri RI Soetan Sjahrir agar pasukan Indonesia segera meninggalkan Bandung Selatan dalam radius 11 kilometer dari pusat kota. Hanya pemerintah sipil, polisi, dan warga sipil yang diperbolehkan tinggal di kawasan tersebut.
Menanggapi ultimatum ini, Soetan Sjahrir memerintahkan Jenderal Mayor Didi Kartasasmita dan Kolonel A.H. Nasution untuk bersikap taktikal. TRI menyadari bahwa kekuatan mereka tidak cukup untuk bertempur secara langsung, sehingga diputuskan untuk mengosongkan dan membumihanguskan kota Bandung, mencegah musuh menggunakan kota sebagai markas.
Instruksi resmi ini diberikan oleh Kolonel A.H. Nasution pada siang hari 24 Maret 1946, dan evakuasi mulai berlangsung. Ribuan warga bergerak meninggalkan rumah mereka, sebagian besar bergerak ke wilayah selatan sejauh 11 kilometer dari rel kereta api. Sebelum meninggalkan rumah, mereka membakar rumah mereka dan bangunan di sekitarnya sebagai bagian dari strategi pembumihangusan.
Malam itu, gelombang api membakar kota Bandung hingga hampir seluruh kawasan mengalami kerusakan berat. Ledakan dinamit juga dilakukan untuk memastikan hancurnya beberapa gedung milik Sekutu dan NICA. Peristiwa ini kemudian dikenal luas sebagai Bandung Lautan Api — sebuah gambaran visual dari keberanian dan pengorbanan rakyat Indonesia.
Tokoh-Tokoh Kunci dalam Peristiwa Bandung Lautan Api
Peristiwa ini melibatkan banyak tokoh pejuang dan pemimpin yang berperan sentral dalam jalannya kejadian:
- Kolonel A.H. Nasution: Sebagai pemimpin Divisi III TRI, beliau yang memberikan perintah evakuasi dan pembakaran kota. Pengambilan keputusan ini mencerminkan sikap pragmatis dan penuh perhitungan di tengah situasi perang yang sulit.
- Mohammad Toha: Pemuda pejuang yang memimpin misi penghancuran amunisi dan gudang senjata milik Sekutu. Aksinya merupakan bagian dari strategi menghancurkan kekuatan musuh di wilayah Bandung.
- Atje Bastaman: Wartawan muda yang berperan penting sebagai peliput peristiwa dan melaporkan perjuangan rakyat Bandung dalam koran Suara Merdeka, memastikan kisah ini sampai ke publik luas dan sejarah tercatat dengan baik.
- Didi Kartasasmita: Panglima Komandemen Jawa Barat yang ikut serta dalam negosiasi dan menerima perintah dari Soetan Sjahrir untuk mengatur agar pasukan TRI mundur dari Bandung Selatan secara tertib.
- Soetan Sjahrir: Perdana Menteri Indonesia yang berperan sebagai koordinator dan pengambil keputusan politik demi kebaikan strategi militer dan keselamatan rakyat, memberikan instruksi yang mengedepankan taktik defensif.
- Mohammad Endang Karmas: Tokoh pejuang terkenal yang melakukan aksi simbolik dengan merobek bendera Belanda, menegaskan sikap perlawanan rakyat Bandung terhadap penjajahan kembali.
Warisan Bandung Lautan Api
Pembumihangusan Bandung bukanlah sekadar tindakan destruktif, melainkan simbol perjuangan gigih rakyat Indonesia yang rela berkorban demi mempertahankan kemerdekaan mereka. Keberanian mengorbankan rumah dan kota sendiri menunjukkan betapa besar tekad bangsa ini untuk bebas dari cengkeraman penjajah.
Peristiwa ini sering dijadikan pelajaran berharga dalam berbagai konteks, menggambarkan bahwa terkadang pengorbanan besar harus dilakukan untuk mencapai kebebasan dan kemerdekaan sejati. Bandung Lautan Api menjadi inspirasi bagi nasionalisme, semangat juang, dan solidaritas dalam menghadapi agresi militer dan tekanan dari kekuatan asing.
Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa kemerdekaan butuh dijaga dengan penuh kewaspadaan dan kebersamaan, agar perjuangan para pahlawan tidak sia-sia. Melalui berbagai media seperti lagu, film, dan peringatan tahunan, semangat peristiwa Bandung Lautan Api terus hidup dan menjadi bagian penting dalam narasi sejarah bangsa Indonesia.