Pertempuran Jena–Auerstedt, yang terjadi pada 14 Oktober 1806, merupakan dua pertempuran besar yang berlangsung pada hari yang sama di wilayah Thüringen, Jerman. Dalam satu hari, Kekaisaran Prancis di bawah Napoleon Bonaparte berhasil menghancurkan kekuatan utama Kerajaan Prusia dan sekutunya dari Sachsen. Kemenangan ganda ini menjadi salah satu puncak kejayaan militer Napoleon dan mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa pada masa Perang Koalisi Keempat.
Pasca kemenangan Napoleon di Pertempuran Austerlitz (1805) melawan Austria dan Rusia, peta politik Eropa berubah drastis. Napoleon membentuk Konfederasi Rhein yang terdiri dari negara-negara Jerman bagian selatan sebagai sekutu dan protektorat Prancis. Keputusan ini membuat Prusia merasa terancam, apalagi ketika Napoleon secara sepihak mengambil wilayah Hannover yang semula dijanjikan kepada Prusia.
Merasa harga diri nasional dan posisinya di Eropa terancam, Prusia membentuk Koalisi Keempat bersama Inggris, Rusia, dan Swedia. Strategi Prusia adalah menyerang cepat sebelum pasukan Rusia tiba untuk memperkuat Napoleon. Namun, Napoleon mengantisipasi hal ini dengan melancarkan manuver cepat menuju Jerman tengah.

Kekuatan dan Komando
Prancis: Jumlah total: ± 122.000 prajurit.
Komando di Jena: Napoleon Bonaparte (± 96.000 pasukan).
Komando di Auerstedt: Marsekal Louis-Nicolas Davout (± 26.000 pasukan).
Kelebihan: sistem korps yang mandiri, mobilitas tinggi, dan koordinasi yang fleksibel.
Prusia & Sachsen : Jumlah total: ± 114.000 prajurit.
Komando di Jena: Pangeran Hohenlohe (± 53.000 pasukan).
Komando di Auerstedt: Duke of Brunswick (± 60.000 pasukan).
Kelemahan: taktik kuno ala abad ke-18, komunikasi buruk, dan komando yang lambat.
Pertempuran di Jena
Pagi 14 Oktober 1806, Napoleon yang mengira telah menemukan pasukan utama Prusia di dekat Jena memulai serangan. Dalam kabut tebal, pasukan Prancis mendaki bukit-bukit di sekitar kota. Napoleon menempatkan artileri di posisi strategis untuk memecah formasi Prusia.
Serangan dimulai dengan artileri yang menghujani garis pertahanan Pangeran Hohenlohe.
Infanteri Prancis maju dengan formasi kolom, menekan sayap kiri dan kanan Prusia.
Kavaleri di bawah Marsekal Murat melakukan manuver mengepung, memaksa mundurnya pasukan Sachsen yang bersekutu dengan Prusia.
Menjelang siang, pertahanan Prusia mulai runtuh, dan pada sore hari, sisa pasukan mereka mundur secara kacau.
Walaupun pasukan Hohenlohe jumlahnya hanya setengah dari pasukan Napoleon, keberhasilan ini menjadi simbol kecepatan dan koordinasi pasukan Prancis.
Pertempuran di Auerstedt
Di sisi lain, Marsekal Davout berangkat dengan 26.000 pasukan untuk bergerak ke utara. Tak terduga, ia bertemu dengan pasukan utama Prusia yang berjumlah lebih dari dua kali lipat, dipimpin langsung oleh Duke of Brunswick.
Pertempuran dimulai ketika kavaleri Prusia mencoba menembus barisan Prancis, namun disambut tembakan infanteri yang disiplin.
Davout memanfaatkan medan untuk bertahan, menempatkan pasukan di dataran tinggi dan memaksa Prusia menyerang ke posisi yang lebih sulit.
Duke of Brunswick terluka parah akibat tembakan artileri, menyebabkan kebingungan dalam komando.
Pada siang hari, pasukan cadangan Prusia gagal mematahkan pertahanan Prancis.
Menjelang sore, pasukan Davout melancarkan serangan balik, memukul mundur seluruh pasukan Prusia dari medan perang.
Kemenangan Davout di Auerstedt dianggap luar biasa, karena ia menang melawan pasukan yang jauh lebih besar.
Korban Prusia & Sachsen: ± 25.000 tewas/luka, 15.000 tertawan, dan 150 meriam jatuh ke tangan Prancis.
Korban Prancis: ± 7.000 tewas/luka.
Pasukan Prusia kehilangan sebagian besar perlengkapan dan mengalami kehancuran moral.
Hanya dalam waktu kurang dari sebulan, Napoleon merebut Berlin dan menguasai seluruh Prusia bagian barat.

http://www.eskicanakkale.com
Kehancuran Militer Prusia
Kekalahan ini menghancurkan reputasi militer Prusia yang sebelumnya dikenal disiplin dan kuat. Struktur militer kuno mereka terbukti tidak efektif menghadapi taktik modern Napoleon.
Penguasaan Prancis atas Jerman Tengah
Dengan kemenangan ini, Napoleon mengamankan wilayah Jerman tengah dan memudahkan penerapan Blokade Kontinental terhadap Inggris.
Reformasi Militer Prusia
Kekalahan telak ini mendorong lahirnya reformasi militer besar-besaran di Prusia oleh tokoh seperti Gerhard von Scharnhorst dan August von Gneisenau, yang kelak menjadi pondasi kekuatan Prusia di abad ke-19.
Pengaruh Psikologis
Kemenangan ganda pada satu hari yang sama memperkuat citra Napoleon sebagai jenius strategi perang yang tak terkalahkan.
Ada beberapa faktor yang menjadikan kemenangan Napoleon di Jena–Auerstedt begitu menentukan:
Sistem Korps Mandiri
Setiap korps Prancis dapat bergerak dan bertempur secara mandiri namun tetap terkoordinasi, memungkinkan fleksibilitas tinggi.
Mobilitas Cepat
Pasukan Prancis bergerak lebih cepat dibandingkan lawannya, memungkinkan mereka memukul musuh sebelum sempat bersatu.
Kepemimpinan Taktis
Napoleon di Jena dan Davout di Auerstedt menunjukkan kepemimpinan yang mampu memanfaatkan momentum dan medan.
Kelemahan Prusia
Doktrin militer yang kaku, perintah yang lambat, dan kegagalan intelijen memperburuk situasi bagi Prusia.
Pertempuran Jena–Auerstedt adalah contoh luar biasa dari efektivitas strategi dan organisasi militer Napoleon. Dalam satu hari, Prancis tidak hanya memenangkan dua pertempuran besar, tetapi juga menghancurkan kekuatan utama Prusia. Kemenangan ini memastikan dominasi Napoleon di Eropa Tengah untuk beberapa tahun berikutnya dan menjadi pelajaran penting tentang kecepatan, fleksibilitas, dan kepemimpinan dalam peperangan.
baca juga : Membiasakan Disiplin Buang Sampah pada Anak
baca juga : Filosofi Monozukuri akar teknologi jepang
baca juga : Pengangguran Banyak Orang Stres Meningkat!