Setiap 15 Mei, masyarakat Maluku memperingati sebuah momen penting yang bukan sekadar hari bersejarah, tetapi juga tonggak identitas
Baca juga : Gaya hidup rrq lemon sang king midlen
Baca juga : petualangan menaklukan gunung binaiyan
Baca juga : Los Millonarios liver plate Fanatisme
Baca juga : Rekam jejak karier El Rumi
Baca juga : reshuffle kabinet jilid dua yang penuh pertanyaaan
Pattimura Day. Perayaan ini mengenang perjuangan Kapitan Pattimura nama lain dari Thomas Matulessy pahlawan nasional yang memimpin rakyat Maluku dalam Perang Saparua 1817 melawan kolonial Belanda.
Bagi orang Maluku, Pattimura Day adalah hari kebanggaan sekaligus pengingat bahwa keberanian, persatuan, dan cinta tanah air mampu melawan penindasan. Bagi Indonesia, hari ini menegaskan bahwa semangat perjuangan lokal adalah bagian dari fondasi nasionalisme. Sementara bagi wisatawan, Pattimura Day menghadirkan atraksi budaya, sejarah, dan perayaan rakyat yang unik dan penuh makna.
Latar Belakang Sejarah: Maluku di Bawah Kolonialisme
Maluku sejak abad ke-16 menjadi pusat perhatian dunia karena kekayaan rempah-rempah—cengkeh dan pala—yang nilainya setara emas di Eropa. Bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, hingga Inggris bergantian datang untuk menguasai perdagangan.
Pada awal abad ke-19, kondisi Maluku berubah drastis:
- Monopoli Belanda memaksa rakyat hanya menjual rempah kepada VOC dengan harga murah.
- Kerja paksa dan pajak tinggi menambah penderitaan.
- Ketidakadilan sosial menimbulkan ketegangan antara rakyat dengan penguasa kolonial.
Situasi inilah yang menjadi latar lahirnya perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Kapitan Pattimura.
Kehidupan Kapitan Pattimura: Dari Serdadu ke Pemimpin Rakyat

http://www.eskicanakkale.com
Nama asli Pattimura adalah Thomas Matulessy, lahir tahun 1783 di Desa Haria, Pulau Saparua, Maluku Tengah.
- Masa muda: Ia tumbuh dalam tradisi negeri-negeri adat Maluku yang menjunjung tinggi keberanian dan solidaritas.
- Pengalaman militer: Ketika Inggris menguasai Maluku (1810–1816), Pattimura sempat menjadi serdadu dan memperoleh pengalaman strategi perang.
- Pemimpin rakyat: Setelah Belanda kembali, rakyat Maluku resah. Pattimura dipilih sebagai kapitan (pemimpin perang) karena keberanian, pengetahuan militer, dan kewibawaannya.
Perang Saparua 1817: Api Perlawanan

Perlawanan rakyat Maluku pecah pada Mei 1817.
- Persiapan: Pattimura dan para pemimpin desa (raja-raja negeri) menggalang kekuatan rakyat.
- Penyerbuan Benteng Duurstede (16 Mei 1817): Rakyat berhasil merebut benteng, simbol kekuasaan Belanda di Saparua. Residen Johannes Rudolf van den Berg tewas bersama keluarganya.
- Perlawanan berlanjut: Pattimura memimpin gerilya melawan pasukan Belanda yang mencoba merebut kembali benteng.
Namun, karena persenjataan terbatas dan adanya pengkhianatan, Pattimura akhirnya tertangkap. Pada 16 Desember 1817, ia dihukum gantung di Ambon.
Meski gugur, semangat Pattimura menyala dan menjadi legenda perjuangan Maluku.
Penetapan Sebagai Pahlawan Nasional
Perjuangan Pattimura awalnya dikenang secara lokal melalui cerita rakyat dan tradisi Maluku. Namun, pemerintah Indonesia kemudian mengakui jasanya secara nasional.
Pada 6 November 1973, melalui Keppres Nomor 87, Presiden Soeharto menetapkan Thomas Matulessy sebagai Pahlawan Nasional dengan gelar Kapitan Pattimura.
Mengapa Diperingati 15 Mei?
Tanggal 15 Mei dipilih sebagai Pattimura Day karena sehari sebelum perebutan Benteng Duurstede, rakyat Maluku berkumpul untuk bersatu melawan Belanda. Momentum ini dianggap sebagai hari lahirnya semangat perlawanan rakyat Maluku.
Perayaan Pattimura Day di Ambon dan Maluku
1. Upacara Bendera
Dilaksanakan di Taman Pattimura (Ambon) atau Benteng Duurstede (Saparua). Peserta terdiri dari pejabat, TNI/Polri, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat.
2. Ziarah Makam
Tokoh-tokoh daerah dan masyarakat melakukan tabur bunga di makam Pattimura, sebagai bentuk penghormatan.
3. Pawai Budaya
- Tarian perang Cakalele dengan pakaian adat lengkap.
- Musik totobuang dan tifa yang menggetarkan.
- Parade kostum tradisional Maluku.
4. Festival Seni dan Olahraga
- Teater rakyat yang mementaskan kisah Perang Saparua.
- Lomba perahu tradisional di Teluk Ambon.
- Lomba musik, paduan suara, hingga tari kreasi Maluku.
5. Seminar dan Dialog Sejarah
Universitas Pattimura dan sekolah-sekolah sering mengadakan diskusi untuk menghidupkan kembali nilai perjuangan bagi generasi muda.
Nilai-Nilai Perjuangan Pattimura
Perayaan Pattimura Day bukan sekadar nostalgia, tetapi juga sarana menghidupkan nilai-nilai luhur:
- Keberanian: Melawan kolonialisme meski dengan senjata sederhana.
- Kepemimpinan: Mampu menyatukan rakyat dari berbagai negeri adat.
- Cinta tanah air: Berjuang demi kebebasan, bukan demi kepentingan pribadi.
- Solidaritas: Memperkuat kebersamaan antaragama, antardesa, dan antarwarga Maluku.
Pattimura Day sebagai Atraksi Wisata

Bagi wisatawan, Pattimura Day menjadi momen ideal untuk berkunjung ke Ambon. Wisatawan dapat menyaksikan:
- Upacara di Taman Pattimura yang penuh khidmat.
- Pawai budaya yang meriah dan penuh warna.
- Tarian Cakalele, simbol semangat perang Maluku.
- Festival rakyat yang menampilkan kuliner, musik, dan kerajinan lokal.
Selain itu, wisatawan bisa mengunjungi situs sejarah seperti Benteng Duurstede di Saparua dan Taman Pattimura di Ambon untuk melengkapi pengalaman budaya.
Makna Bagi Generasi Muda
Pattimura Day tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan. Bagi generasi muda Maluku dan Indonesia, hari ini adalah pengingat bahwa:
- Keberanian menghadapi tantangan adalah kunci.
- Persatuan melahirkan kekuatan.
- Identitas lokal harus dijaga sebagai bagian dari identitas nasional.
Pattimura Day adalah lebih dari sekadar perayaan tahunan. Ia adalah cermin perjuangan rakyat Maluku, inspirasi bagi bangsa Indonesia, dan atraksi budaya yang bisa dinikmati wisatawan. Semangat Pattimura hidup dalam setiap tarian, nyanyian, dan cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Pada setiap 15 Mei, Ambon dan seluruh Maluku bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga merayakan identitas, kebanggaan, dan semangat abadi: “Hidup Pattimura, Hidup Maluku, Hidup Indonesia!”