Provinsi Lampung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatra bukan hanya dikenal sebagai pintu gerbang Sumatra menuju Jawa, tetapi juga sebagai rumah bagi salah satu kebudayaan tua yang kaya dan kompleks. Salah satu manifestasi terbesar dari kebudayaan tersebut adalah Begawi, yaitu pesta adat besar yang menjadi simbol kehormatan, status sosial, kekerabatan, dan pelestarian budaya

Baca juga : 8manfaat memakan kacang bagi kesehatan tubuh
Baca juga : Lifestyle Vidi Aldiano Kehidupan Musik
Baca juga : Profesional Erick Thohir Pengusaha Menteri
Baca juga : MAKNA STUDY TOUR TUJUAN EFEKTIF
Baca juga : Perjalanan Mendaki Gunung Agung Bali
Baca juga : Inovasi Peternakan Ikan Bawal
Begawi tidak hanya sekadar pesta yang meriah, melainkan juga peristiwa sosial dan sakral yang sarat makna. Ia melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari keluarga inti, kerabat jauh, tetangga, hingga perangkat adat. Sejak dahulu, begawi dipandang sebagai puncak kemeriahan adat yang menyatukan berbagai unsur kehidupan masyarakat Lampung: agama, adat, kesenian, hingga ekonomi
Asal Usul dan Latar Belakang Begawi
Kata begawi dalam bahasa Lampung bermakna “pesta” atau “upacara besar.” Dalam praktiknya, istilah ini merujuk pada perayaan adat yang melibatkan banyak orang dengan tata aturan khusus.

http://www.eskicanakkale.com
Secara historis, begawi berakar dari tradisi masyarakat Lampung yang menganut sistem kekerabatan patrilineal dan sistem sosial yang berbasis pada adat Pepadun maupun adat Saibatin. Pada masyarakat Pepadun, begawi sangat erat kaitannya dengan Cakak Pepadun, yaitu prosesi pengangkatan gelar adat bagi seseorang agar diakui kedudukannya dalam tatanan sosial. Sedangkan pada masyarakat Saibatin, meskipun konsepnya agak berbeda, begawi juga hadir sebagai perayaan besar keluarga bangsawan.
Dulu, begawi biasanya hanya bisa dilaksanakan oleh kalangan tertentu, karena memerlukan biaya besar serta dukungan sosial yang luas. Namun seiring perkembangan zaman, begawi menjadi lebih inklusif, meski tetap mempertahankan nilai-nilai keagungan adat.
Fungsi dan Tujuan Begawi
Secara umum, begawi memiliki beberapa fungsi utama dalam masyarakat Lampung:

- Fungsi Sosial
- Menjadi sarana mempererat hubungan kekerabatan.
- Wadah pertemuan antarkeluarga, antar-marga, bahkan antar-kampung.
- Ajang silaturahmi dalam skala luas.
- Fungsi Adat
- Mengukuhkan status sosial seseorang melalui pemberian gelar (adok).
- Menjadi sarana resmi pelaksanaan pernikahan adat.
- Menjadi momen legitimasi adat atas suatu peristiwa penting keluarga.
- Fungsi Budaya
- Melestarikan kesenian Lampung (tari, musik, busana, dan sastra lisan).
- Memberikan pendidikan adat kepada generasi muda.
- Menjadi media pertunjukan identitas budaya Lampung di hadapan masyarakat luas.
- Fungsi Spiritual
- Menjadi sarana memanjatkan doa dan syukur kepada Tuhan.
- Bentuk penghormatan kepada leluhur.
- Melambangkan kesucian dan restu dalam peristiwa penting kehidupan.
Jenis-Jenis Begawi
Begawi tidak tunggal, melainkan terdiri dari beberapa jenis sesuai konteks peristiwa:

- Begawi Cakak Pepadun
- Upacara adat untuk mengangkat gelar seseorang dalam struktur adat Pepadun.
- Biasanya dilakukan setelah seseorang menikah agar status sosialnya setara dengan pasangannya.
- Gelar yang diberikan mencerminkan kedudukan dalam marga dan memberi hak suara dalam musyawarah adat.
- Begawi Perkawinan
- Dilaksanakan untuk merayakan pernikahan menurut adat Lampung.
- Menggabungkan prosesi Islam (akad nikah) dengan ritual adat seperti penyambutan, penyerahan, dan pesta.
- Begawi Keluarga Besar
- Perayaan besar keluarga yang digelar pada momen khusus, seperti syukuran, khitanan besar, atau menyambut tamu agung.
- Tidak seformal cakak pepadun, tetapi tetap mengikuti aturan adat.
Rangkaian Prosesi Begawi
Prosesi begawi umumnya berlangsung panjang, bisa mencapai beberapa hari. Tahapan yang biasa dilalui antara lain:
1. Ngusul (Lamaran/Permintaan)

- Tahap awal ketika pihak laki-laki datang untuk menyampaikan maksud kepada pihak perempuan.
- Diiringi pembicaraan adat terkait syarat dan tata cara yang harus dipenuhi.
2. Betunang (Musyawarah Adat)
- Dilaksanakan oleh keluarga kedua belah pihak.
- Membahas hari baik, besaran biaya adat (juluk-adok), serta teknis prosesi begawi.
- Menjadi sarana penyelesaian semua perbedaan agar upacara berjalan lancar.
3. Persiapan Begawi
- Melibatkan seluruh keluarga, kerabat, dan tetangga.
- Persiapan meliputi: dekorasi rumah, penyediaan makanan, persiapan busana adat, hingga latihan tari dan musik.
- Dapur umum biasanya didirikan karena jumlah tamu sangat banyak.
4. Pelaksanaan Inti
- Tamu-tamu adat dan masyarakat mulai berdatangan.
- Upacara dibuka dengan prosesi penyambutan menggunakan tari sembah atau tari melinting.
- Dalam begawi cakak pepadun, akan ada prosesi khusus pengangkatan gelar oleh penyimbang adat.
- Dalam begawi perkawinan, prosesi adat pengantin berlangsung lengkap dengan serah terima dan nasihat adat.
5. Puncak Kemeriahan
- Ditandai dengan hiburan adat:
- Tari-tarian (tari sembah, tari nyambai, tari melinting).
- Musik tradisional (gamolan, cetik, rebana).
- Syair dan pantun adat yang dinyanyikan secara berbalas.
- Tamu dijamu dengan hidangan khas Lampung, seperti seruit, gulai taboh, dan olahan ikan sungai.
6. Penutupan
- Dilaksanakan doa bersama.
- Tuan rumah mengucapkan terima kasih kepada tamu dan kerabat yang hadir.
- Ada pula prosesi simbolis berupa makan bersama yang disebut nyeruit, sebagai tanda persaudaraan dan kebersamaan.
Tata Busana dalam Begawi
Busana adat dalam begawi memiliki nilai simbolik yang tinggi:
- Pengantin Wanita:
- Mengenakan kain tapis, yaitu tenun khas Lampung berhias benang emas.
- Memakai mahkota siger, yang berbentuk seperti mahkota dengan lengkungan ke atas, melambangkan martabat perempuan Lampung.
- Pengantin Pria:
- Mengenakan pakaian adat dengan balutan tapis pria.
- Memakai penutup kepala berbentuk tanjak atau mahkota adat.
- Tamu Adat:
- Para penyimbang (tokoh adat) mengenakan pakaian adat lengkap sesuai gelarnya.
- Warna, motif, dan hiasan pakaian menunjukkan kedudukan sosial.
Simbolisme dalam Begawi
Begawi bukan hanya pesta, melainkan sarat makna simbolik:
- Siger → lambang kemuliaan, kebijaksanaan, dan kesucian.
- Tapis → simbol kerja keras perempuan Lampung dalam menenun kehidupan keluarga.
- Musik gamolan → mengingatkan akan harmoni hidup dalam masyarakat.
- Nyeruit (makan bersama) → melambangkan kebersamaan dan persaudaraan.
- Prosesi pengangkatan gelar → menegaskan pentingnya legitimasi adat dalam struktur sosial.
Peran Begawi dalam Kehidupan Modern
Meski zaman sudah modern, begawi tetap bertahan dengan beberapa penyesuaian:

- Skala Acara
- Jika dulu begawi bisa berlangsung hingga seminggu, kini sering dipadatkan hanya beberapa hari.
- Pembiayaan
- Dulu sepenuhnya ditanggung keluarga besar, sekarang banyak dibantu gotong royong atau sumbangan kerabat.
- Kesenian
- Dulu hanya kesenian tradisional, sekarang kadang digabung dengan hiburan modern.
- Fungsi Identitas
- Begawi kini juga menjadi sarana promosi budaya Lampung di tingkat nasional maupun internasional.
Fakta Menarik tentang Begawi
- Butuh Biaya Besar
- Biaya begawi bisa mencapai ratusan juta rupiah, tergantung skala dan jenis upacaranya.
- Melibatkan Banyak Orang
- Ratusan hingga ribuan tamu bisa hadir.
- Gotong royong menjadi kunci keberhasilan acara.
- Tata Aturan Ketat
- Ada aturan adat yang harus dipatuhi. Jika dilanggar, bisa dianggap mencoreng nama baik keluarga.
- Daya Tarik Wisata
- Beberapa daerah di Lampung menjadikan begawi sebagai daya tarik wisata budaya.
Makna Filosofis
- Harmoni: Begawi mengajarkan hidup seimbang antara dunia dan akhirat, antara adat dan agama.
- Gotong Royong: Semua pihak terlibat, menunjukkan semangat kolektivitas.
- Identitas: Begawi adalah representasi nyata jati diri orang Lampung.
- Legitimasi: Menjadi sarana pengesahan status sosial dan kedudukan adat.
Begawi bukan sekadar pesta, melainkan ritual budaya yang memadukan dimensi sosial, adat, spiritual, dan estetika. Di dalamnya tercermin nilai-nilai kekerabatan, penghormatan, kebersamaan, dan identitas masyarakat Lampung.
Di era modern, meski tantangan ekonomi dan perubahan gaya hidup semakin besar, masyarakat Lampung tetap berusaha mempertahankan begawi sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang harus dijaga. Begawi bukan hanya milik orang Lampung, tetapi juga bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.