Mengapa Kesenian Tradisional Indonesia Masih Relevan di 2025?
Eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia bukan cuma soal nostalgia atau sekadar mengenang masa lalu. Di tengah era digital yang serba cepat ini, kesenian tradisional justru menjadi identitas unik yang membedakan Indonesia di kancah global. Menariknya, hingga 2022 saja, Kemendikbudristek telah menetapkan 1.728 warisan budaya takbenda Indonesia, dan sekitar 35 persen atau 4.128 di antaranya berasal dari kategori seni pertunjukan dan tradisi lisan.
Tapi ada satu realita yang harus kita akui: berdasarkan data BPS periode 2018-2021, jumlah penonton pertunjukan atau pameran seni menurun hingga 12,75 persen. Lebih mengkhawatirkan lagi, penonton tidak langsung meningkat 10,31 persen dari 48,8 persen di 2018 menjadi 59,11 persen di 2021. Artinya, semakin banyak orang yang memilih nonton dari jauh daripada hadir langsung. Fakta ini membuktikan bahwa kesenian tradisional memang menghadapi tantangan besar di era modern.
Daftar Isi:
- Fakta Mengejutkan: Minat Gen Z terhadap Kesenian Tradisional
- 16 Kesenian Indonesia yang Diakui UNESCO hingga 2024
- Dampak Globalisasi: Ancaman atau Peluang?
- Potensi Ekonomi Kreatif dari Kesenian Tradisional
- Strategi Digitalisasi Kesenian untuk Menarik Gen Z
- Cara Gen Z Berkontribusi dalam Pelestarian Budaya
- Masa Depan Kesenian Tradisional di Tangan Gen Z
Fakta Mengejutkan: Minat Gen Z terhadap Kesenian Tradisional

Generasi Z di Indonesia mencapai 27,94 persen dari total populasi atau sekitar 74,93 juta jiwa. Sebagai generasi terbesar saat ini, posisi Gen Z sangat krusial dalam menentukan masa depan kesenian tradisional. Namun faktanya, arus globalisasi sangat mempengaruhi kehidupan dan pola pikir generasi muda menjadi lebih modern, membuat sebagian dari mereka menganggap sesuatu yang tradisional seperti kesenian tradisional tidak lagi menarik.
Eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia untuk Gen Z kini menghadapi paradoks menarik. Di satu sisi, Gen Z menunjukkan minat yang kuat dalam melestarikan tradisi dan warisan budaya lokal, dengan terlibat aktif dalam kegiatan budaya seperti tari tradisional, musik daerah, dan upacara adat. Tapi di sisi lain, banyak dari Gen Z mengetahui kebudayaan tetapi enggan untuk melestarikannya.
Kenapa hal ini terjadi? Berdasarkan Indonesia Gen Z Report 2024 oleh IDN Media, 51 persen dari Gen Z menyatakan bahwa kesehatan mental menjadi salah satu kekhawatiran utama mereka. Dengan tekanan hidup yang tinggi, prioritas Gen Z bergeser ke hal-hal yang dianggap lebih “urgent”. Selain itu, digitalisasi memiliki peran penting bagi Gen Z untuk terlibat dengan seni pertunjukan sebagai sarana mengekspresikan ide mereka.
16 Kesenian Indonesia yang Diakui UNESCO hingga 2024

Kabar baiknya, eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia di mata dunia terus mendapat apresiasi. Dalam sidang ke-19 The Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay pada 3-5 Desember 2024, tiga warisan budaya Nusantara sekaligus masuk pengakuan dunia: Reog Ponorogo, Kebaya, dan Kolintang.
Dengan penambahan ini, hingga tahun 2024, Indonesia telah terdaftar dengan 16 warisan budaya takbenda di UNESCO. Daftar lengkapnya meliputi:
Warisan Budaya UNESCO Indonesia (2008-2024):
- Keris Indonesia (2008)
- Wayang Kulit (2008)
- Batik Indonesia (2009)
- Pendidikan Batik (2009)
- Angklung (2010)
- Tari Saman (2011)
- Noken Papua (2012)
- Tiga Genre Tari Bali (2015)
- Pinisi (2017)
- Pencak Silat (2019)
- Pantun (2020)
- Gamelan (2021)
- Budaya Jamu (2023)
- Reog Ponorogo (2024)
- Kebaya (2024)
- Kolintang (2024)
Wayang kulit diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda serta diakui sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, sementara Tari Saman diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia.
Dampak Globalisasi: Ancaman atau Peluang?

Eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia di era globalisasi menghadapi dua sisi mata uang. Era globalisasi menciptakan arus modernisasi, di mana generasi muda Indonesia lebih tertarik mengikuti budaya asing dan perlahan kehilangan semangat nasionalisme. Data ini diperkuat oleh kenyataan bahwa banyak generasi muda yang lebih memilih mempelajari kesenian dan kebudayaan barat dibandingkan mempelajari kebudayaannya sendiri.
Namun, ada sisi positifnya. Viralitas menjadi faktor penting untuk mengukur efektivitas konten yang mengandung nilai budaya, karena viralitas dapat memudahkan konten tersebut agar mudah tersampaikan secara lebih luas ke masyarakat. Artinya, media sosial yang sering dianggap sebagai penyebab lunturnya minat tradisional, justru bisa menjadi solusi.
Banyak wisatawan asing yang mempelajari seni dan budaya tradisional Indonesia karena menganggap hal tersebut unik, sementara generasi muda sendiri menganggapnya kuno. Ini menjadi ironi yang perlu kita atasi bersama.
Potensi Ekonomi Kreatif dari Kesenian Tradisional

Jangan salah, eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia bukan hanya soal pelestarian, tapi juga peluang ekonomi besar! Seni dan kesenian tradisional merupakan sumber ekonomi yang potensial, karena pariwisata budaya semakin diminati oleh wisatawan mancanegara maupun domestik.
Industri kreatif berbasis budaya lokal memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, serta memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global di sektor budaya. Ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
Peluang Karier di Industri Kesenian:
- Kreator konten budaya digital
- Instruktur seni tradisional online
- Event organizer pertunjukan tradisional modern
- Desainer produk berbasis motif tradisional
- Curator museum dan galeri seni
- Researcher warisan budaya
Berdasarkan Indonesia Gen Z Report 2024 oleh IDN Media, 78 persen Gen Z menginginkan peluang untuk mengembangkan karier mereka di tempat kerja. Industri kesenian tradisional yang dimodernisasi bisa menjadi jawaban untuk aspirasi ini.
Strategi Digitalisasi Kesenian untuk Menarik Gen Z
Eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia harus beradaptasi dengan era digital. Melihat budaya tradisional jarang diketahui publik karena jarang adanya promosi melalui media sosial, Gen Z pun tidak memahami dengan baik informasi terkait seni dan budaya.
Solusinya? Pelestarian seni tradisional dapat dilakukan melalui pendekatan digital, pendidikan formal dan nonformal, serta partisipasi dalam komunitas budaya. Beberapa strategi efektif meliputi:
Pendekatan Digital yang Efektif:
- Konten TikTok/Reels tentang behind-the-scenes kesenian
- Tutorial interaktif belajar seni tradisional
- Virtual reality experience pertunjukan tradisional
- Kolaborasi seniman tradisional dengan musisi modern
- NFT art berbasis motif tradisional
- Podcast storytelling cerita di balik kesenian
Implementasi marketing public relations merupakan kegiatan yang terencana dan usaha yang baik dalam membangun timbal balik antara seni sebagai budaya, yang efektif membangun awareness Gen Z.
Cara Gen Z Berkontribusi dalam Pelestarian Budaya
Kamu sebagai Gen Z punya power besar dalam eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia. Dengan keterlibatan aktif generasi muda, diharapkan seni tradisional dapat terus berkembang dan menjadi kebanggaan nasional di kancah global.
Aksi Nyata yang Bisa Dilakukan:
- Join komunitas seni tradisional di kampus atau daerah
- Buat konten edukatif di media sosial tentang kesenian lokal
- Hadiri workshop atau kelas kesenian tradisional
- Support UMKM yang menggunakan motif tradisional
- Volunteer di museum atau sanggar seni
- Ikut kompetisi atau festival kesenian tradisional
Masih terdapat kendala seperti minimnya dukungan kebijakan, kurangnya fasilitas, serta dominasi budaya populer yang menggeser minat generasi muda terhadap seni tradisional. Tapi dengan kolektif action, kita bisa mengubah narasi ini.
Masa Depan Kesenian Tradisional di Tangan Gen Z
Eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia adalah tanggung jawab bersama, terutama Gen Z sebagai generasi terbesar. Gen Z menemukan cara-cara kreatif untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya mereka, dengan memadukan yang terbaik dari kedua dunia menciptakan identitas yang kaya dan beragam.
Data menunjukkan bahwa 31 jenis kesenian tradisional utama masih dilestarikan di Indonesia, dari Seni Tari, Wayang Golek, Pencak Silat, hingga Gamelan. Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau, 2.400 kelompok etnis, dan 720 bahasa daerah merupakan contoh nyata dari keragaman budaya yang hidup.
Tantangannya memang berat, tapi peluangnya jauh lebih besar. Diperlukan strategi yang melibatkan sinergi antara pemerintah, komunitas seni, dan institusi pendidikan untuk menciptakan kebijakan yang mendukung revitalisasi seni tradisional.
Baca Juga Kekuatan Mistis di Balik Kesenian Tradisional
Kesenian Tradisional adalah Identitas, Bukan Beban
Eksplorasi kekayaan kesenian tradisional Indonesia bukan sekadar melestarikan masa lalu, tapi menghadirkan warisan leluhur ke konteks masa kini dengan cara yang relevan. Dengan 16 warisan budaya UNESCO, puluhan ribu warisan takbenda, dan 74,93 juta Gen Z yang punya potensi besar, Indonesia memiliki semua elemen untuk membuat kesenian tradisional tetap hidup dan berkembang.
Pertanyaannya sekarang: dari semua fakta dan data di atas, poin mana yang paling bermanfaat dan relevan dengan kehidupanmu? Apakah kamu tertarik untuk mulai terlibat dalam pelestarian kesenian tradisional? Share pengalaman atau pertanyaanmu di kolom komentar!
Referensi: