
sang jendral kepolisian negeri indonesia listyo sigit prabowo,
sosok penting dan tinggi di dalam tanah air ini.
Baca juga : Polri intitusi mengayomi rakyat tapi bohong!!
Baca juga : Rakyat indonesia bersatu 1pahlawan menyatukan bangsa
Baca juga : TRAGEDI1998 JILID 2 TAHUN 2025 #IND0NESIA GELAP
Baca juga : Mengenang Para Pahlawan Pejuang Reformasi 98
Listyo Sigit Prabowo lahir pada 5 Mei 1969 di Ambon, Maluku. Ia tumbuh dalam keluarga militer; sang ayah, Sutrisno, adalah seorang perwira TNI Angkatan Udara berdarah Jawa. Kehidupan berpindah-pindah mengikuti penugasan ayahnya membuat Sigit terbiasa hidup disiplin. Pendidikan menengah ia selesaikan di SMA Negeri 8 Yogyakarta, lulus tahun 1988, sebelum akhirnya masuk Akademi Kepolisian (Akpol) dan lulus pada 1991. Sejak awal, Sigit dikenal tekun, religius, dan berprinsip kuat.
Awal Karier: Dari Polres ke Kapolres
Setelah lulus Akpol, Sigit memulai kariernya di Polres Metro Tangerang sebagai perwira muda pada 1991. Ia kemudian menjabat sebagai Kanit II Reserse di wilayah yang sama pada 1993. Tahun 1999, ia dipercaya menjadi Kapolsek Duren Sawit, Jakarta Timur, sebuah jabatan strategis di tingkat kecamatan. Kariernya terus menanjak; ia pernah menjadi Kapolres Pati dan Kapolres Sukoharjo.
Di setiap tempat tugas, Sigit meninggalkan kesan sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat dan dikenal berani mengambil keputusan. Gaya kepemimpinannya yang humanis, namun tetap tegas, menjadi ciri khas yang menonjol.

http://www.eskicanakkale.com
Titik Balik: Kapolres Solo
Tahun 2011, Listyo Sigit diangkat menjadi Kapolres Kota Surakarta (Solo). Pada saat yang sama, Joko Widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Di sinilah hubungan erat antara keduanya terjalin. Sigit dikenal sering turun langsung ke lapangan, berdialog dengan warga, dan menjalin komunikasi baik dengan tokoh agama serta masyarakat sipil.
Kedekatannya dengan Jokowi di Solo kemudian menjadi salah satu faktor penting dalam kariernya di kemudian hari. Banyak pengamat menyebut bahwa rekam jejak baiknya di Solo membuka jalan untuk masuk ke lingkaran istana.
Jabatan Nasional: Ajudan Presiden Jokowi

Pada 2014, saat Joko Widodo dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia, Listyo Sigit dipercaya sebagai Ajudan Presiden. Tugas ini sangat strategis dan prestisius karena menempatkannya dekat dengan pusat kekuasaan nasional. Sebagai ajudan, Sigit dikenal tenang, loyal, dan mampu menjaga kepercayaan presiden. Posisi ini semakin memperkuat reputasinya sebagai perwira muda yang cerdas dan berintegritas.
Karier Menanjak: Kapolda, Propam, hingga Kabareskrim
Setelah bertugas sebagai ajudan presiden, Sigit melanjutkan kariernya dengan menjabat Kapolda Banten (2016–2018). Di Banten, ia fokus pada penindakan jaringan terorisme dan narkoba. Langkah-langkahnya tegas, tetapi juga dibarengi dengan pendekatan deradikalisasi.
Tahun 2018, ia dipercaya menjadi Kadiv Propam Polri, posisi penting yang bertugas mengawasi dan menindak pelanggaran internal kepolisian. Jabatan ini semakin mengasah citranya sebagai perwira yang berani menegakkan aturan, bahkan terhadap sesama anggota Polri.
Kemudian, pada 2019, Sigit diangkat sebagai Kabareskrim Polri, salah satu jabatan paling strategis dalam tubuh Polri. Di masa jabatannya, ia menangani kasus-kasus besar, seperti:
- Skandal Jiwasraya dan Asabri, dua kasus korupsi raksasa dengan nilai kerugian triliunan rupiah.
- Kebakaran Gedung Kejaksaan Agung (2020), yang menimbulkan dugaan adanya sabotase.
- Penindakan jaringan narkoba internasional, dengan barang bukti sabu berton-ton.
Menuju Puncak: Kapolri ke-25
Pada 27 Januari 2021, Presiden Joko Widodo melantik Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri ke-25, menggantikan Jenderal Idham Azis yang pensiun. Usianya kala itu 51 tahun, menjadikannya Kapolri termuda kedua dalam sejarah. Penunjukan Sigit juga mencatat sejarah: ia adalah Kapolri pertama beragama Katolik dan kedua dari kalangan non-Muslim setelah Jenderal Widodo Budidarmo (Protestan).
Sebagai Kapolri, Sigit memperkenalkan visi PRESISI, singkatan dari PreDictive, Responsibility, Transparency, Justice. Konsep ini bertujuan membangun kepolisian yang berbasis teknologi prediktif, berorientasi pada tanggung jawab moral, transparansi dalam kinerja, serta menjunjung tinggi keadilan. Program ini juga melanjutkan konsep “Promoter” yang sebelumnya digagas Tito Karnavian.
Kontroversi Besar
Kasus Ferdy Sambo dan Brigadir J
Kontroversi paling besar di masa kepemimpinannya adalah kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) pada Juli 2022, yang melibatkan Kadiv Propam Ferdy Sambo. Awalnya, kasus ini diduga ditutup-tutupi oleh pihak internal Polri dengan narasi palsu mengenai “tembak-menembak”. Publik mengecam keras Polri dan menuduh adanya upaya besar-besaran melakukan cover-up.
Sebagai Kapolri, Listyo Sigit berada di bawah tekanan luar biasa. Ia kemudian membentuk Tim Khusus untuk menyelidiki kasus tersebut. Hasilnya, Ferdy Sambo divonis seumur hidup, dan sejumlah jenderal serta perwira lain juga diberi sanksi etik maupun pidana. Meski akhirnya berhasil mengungkap kebenaran, kasus ini meninggalkan luka mendalam terhadap citra Polri dan menjadi ujian terbesar kepemimpinan Sigit.
Penanganan Covid-19
Pada masa pandemi Covid-19, Polri turut aktif dalam program vaksinasi, penegakan aturan PPKM, dan pengawalan distribusi bansos. Namun, tidak sedikit kritik yang muncul karena dianggap represif terhadap pelanggar aturan. Ada pula sorotan soal keterlibatan aparat dalam politik bantuan sosial.
Netralitas Polri di Tahun Politik
Menjelang Pemilu 2024, Polri di bawah kepemimpinan Sigit juga mendapat sorotan publik mengenai netralitas. Meski ia berulang kali menegaskan bahwa Polri netral, dugaan keberpihakan aparat dalam beberapa kasus membuat isu ini terus menjadi perdebatan.
Masalah Internal
Selain kasus besar, Polri juga terus menghadapi masalah klasik seperti pungutan liar, kasus narkoba yang melibatkan oknum polisi, serta kekerasan berlebihan terhadap demonstran. Banyak pihak menilai program PRESISI belum sepenuhnya menyentuh akar masalah kultur di tubuh Polri.
Penghargaan dan Pengakuan

Meski sarat kontroversi, Listyo Sigit juga menerima banyak penghargaan:
- Bintang Bhayangkara Utama (2021)
- Bintang Kartika Eka Paksi Utama (TNI AD, 2022)
- Bintang Jalasena Utama (TNI AL, 2022)
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama (TNI AU, 2022)
- Bintang Yudha Dharma Pratama (2022)
- PGPP dari Malaysia (2024)
- Penghargaan dari Pemerintah Timor-Leste (2025) atas kerja sama keamanan regional