Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025: Pesta Rakyat Antikorupsi yang Meriah

Ribuan warga memadati kawasan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta pada 6-9 Desember 2025 untuk merayakan sesuatu yang tak biasa: pemberantasan korupsi. Untuk pertama kalinya sejak 2014, Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025 digelar di luar Jakarta, menandai langkah strategis Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendekati masyarakat dengan pendekatan yang lebih inklusif dan meriah.

Data dari Transparency International Indonesia menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia naik menjadi 37 poin pada 2024, meningkat dari 34 poin di 2023. Meski demikian, Indonesia masih berada di peringkat 99 dari 180 negara—tertinggal dari Malaysia (50), Vietnam (40), dan Timor Leste (44). Inilah yang membuat HAKORDIA 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat gerakan antikorupsi dari akar rumput.

Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana Jogja menjadi pusat gerakan antikorupsi nasional, mulai dari karnaval budaya yang menggetarkan Malioboro, dialog publik Nada Wicara yang menginspirasi, hingga dampak ekonomi yang dirasakan UMKM lokal.

Daftar Isi:


Mengapa Jogja Dipilih Menjadi Tuan Rumah HAKORDIA 2025?

Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025: Pesta Rakyat Antikorupsi yang Meriah

Keputusan memindahkan Hari Antikorupsi Sedunia dari Jakarta ke Yogyakarta bukan tanpa alasan. Ketua KPK Setyo Budiyanto menegaskan bahwa Jogja dipilih karena statusnya sebagai kota pendidikan, wisata, dan budaya yang memiliki tata kelola pemerintahan cukup baik. Kota yang dijuluki “Kota Pelajar” ini juga memiliki ekosistem komunitas seni dan budaya yang aktif, memudahkan pelibatan publik dalam kampanye antikorupsi.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang cenderung formal dan terpusat di gedung-gedung pemerintahan Jakarta, konsep HAKORDIA 2025 mengusung “Pesta Rakyat Antikorupsi”—sebuah pendekatan yang merakyat, meriah, dan partisipatif. Rangkaian acara dari 6-9 Desember 2025 tersebar di beberapa titik strategis seperti Monumen Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg, Teras Malioboro, hingga Bangsal Kepatihan.

Data dari penyelenggara menunjukkan bahwa HAKORDIA 2025 berhasil mengundang ribuan pengunjung dari berbagai kalangan usia. Hanya pada gelaran Nada Wicara di Titik Nol KM pada 6 Desember sore, ribuan warga hadir memadati kawasan tersebut. Sementara Fun Run yang digelar keesokan harinya diikuti sekitar 1.000 peserta dari kalangan masyarakat umum, instansi pemerintah, hingga anggota Polri.


Karnaval Seni Budaya: 600 Peserta Pawai Melawan Korupsi

Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025: Pesta Rakyat Antikorupsi yang Meriah

Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025 dibuka dengan pawai budaya megah yang dimulai dari DPRD DIY dan berakhir di Titik 0 Km Yogyakarta pada Sabtu, 6 Desember 2025 pukul 12.00-18.00 WIB. Sekitar 600 peserta—terdiri dari komunitas seni, mahasiswa, pelajar, hingga seniman lokal—mengenakan kostum tradisional dan atribut antikorupsi sambil membawa spanduk bertuliskan “Satukan Aksi, Basmi Korupsi!”

Pawai ini bukan sekadar hiburan visual. Setiap elemen karnaval dirancang untuk menyampaikan pesan simbolis tentang keberagaman masyarakat Indonesia yang bersatu melawan korupsi. Kostum tradisional dari berbagai daerah mencerminkan semangat gotong royong dalam memberantas praktik koruptif yang merugikan bangsa.

Sepanjang rute karnaval yang melintasi Jalan Malioboro, 10 titik akses jalan ditutup untuk mengakomodasi gelombang peserta dan pengunjung. Antusiasme warga Jogja dan wisatawan sangat tinggi—banyak yang berhenti menonton, mengambil foto, dan ikut bersorak mendukung pesan antikorupsi. Karnaval ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan teater jalanan dari DIPTADHARMAKSHETRA KPK yang menyajikan narasi tentang pentingnya integritas dalam kehidupan sehari-hari.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan yang hadir dalam acara tersebut menyatakan apresiasinya: “Semangat antikorupsi tidak hanya menjadi kampanye semata, tetapi juga dapat dirayakan bersama secara menyenangkan, edukatif, dan mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.”


Nada Wicara: Dialog Publik tentang Integritas bersama Noe Letto

Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025: Pesta Rakyat Antikorupsi yang Meriah

Setelah karnaval sore hari, acara dilanjutkan dengan Nada Wicara di kawasan Monumen Serangan Umum 1 Maret pada pukul 18.30 WIB. Nada Wicara adalah sesi dialog publik yang menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif untuk membahas isu integritas dan pemberantasan korupsi dalam format santai namun mendalam.

Salah satu pembicara yang mencuri perhatian adalah Noe Letto, vokalis band Letto, yang berbagi refleksi tentang nilai kesederhanaan dan integritas dalam industri musik Indonesia. Noe menekankan bahwa korupsi bukan hanya soal uang negara yang hilang, tetapi juga tentang kehilangan kepercayaan publik terhadap institusi dan pemimpin. “Integritas harus dimulai dari diri sendiri. Tidak peduli kamu artis, pegawai, atau pejabat—semua punya tanggung jawab moral untuk jujur,” ujar Noe.

Selain Noe Letto, hadir pula mantan Ketua KPK (2010-2014) M. Busyro Muqoddas yang memberikan pesan moral kepada ribuan pengunjung yang memadati kawasan Titik Nol KM. Busyro menekankan bahwa pemberantasan korupsi adalah perjuangan kolektif yang tidak bisa hanya mengandalkan lembaga resmi negara. “Banyaknya warga dari usia muda hingga tua yang hadir membuktikan bahwa kalian masih memiliki jiwa kritis. Memberantas korupsi itu sebuah panggilan,” tegasnya.

Acara Nada Wicara ditutup dengan pemutaran film “Hanya Printer,” finalis Anti-Corruption Film Festival 2024, yang mengisahkan kasus korupsi kecil namun berdampak besar. Pendekatan storytelling ini berhasil membuat pesan antikorupsi lebih relatable bagi generasi muda yang menjadi mayoritas pengunjung.


HAKORDIA Run: 1.000 Pelari Gaungkan Semangat Antikorupsi

Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025: Pesta Rakyat Antikorupsi yang Meriah

Pagi hari Minggu, 7 Desember 2025, kawasan Benteng Vredeburg dipenuhi sekitar 1.000 pelari yang siap mengikuti HAKORDIA Run 5K. Lomba lari ini bukan sekadar aktivitas olahraga, tetapi medium kampanye publik untuk memperluas gerakan antikorupsi melalui pendekatan yang menyenangkan dan sehat.

Start simbolis ditandai dengan pengibaran bendera oleh Ketua KPK Setyo Budiyanto yang didampingi Kapolda DIY Irjen Pol Anggoro Sukartono dan jajaran Forkopimda DIY. Peserta terdiri dari berbagai kalangan: masyarakat umum, mahasiswa, pegawai instansi pemerintah, hingga anggota Polri yang mengenakan seragam olahraga berlogo antikorupsi.

Rute lari sepanjang 5 kilometer dimulai dari Benteng Vredeburg, melintasi Jalan Malioboro, dan berakhir di Titik Nol Kilometer. Sepanjang jalur, panitia menyediakan musik pengiring, kuis berhadiah, dan poster motivasi antikorupsi yang membuat suasana semakin meriah. Para pelari juga mendapat goodie bag berisi merchandise edukatif tentang pencegahan korupsi.

Kabidhumas Polda DIY Kombes Pol Ihsan menyambut baik gelaran ini: “Kegiatan ini sangat positif untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat termasuk anggota Polri serta aparat pemerintah lainnya tentang pentingnya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.” Acara ditutup dengan penyerahan hadiah bagi peserta finish tercepat kategori putra dan putri, serta doorprize dari sponsor.

Malam harinya, rangkaian HAKORDIA 2025 dilanjutkan dengan konser musik gratis di Monumen Serangan Umum yang menghadirkan Letto, Shaggydog, dan Ndarboy Genk. Ribuan penonton memadati area tersebut untuk menikmati hiburan sekaligus menyerap pesan integritas yang disampaikan para musisi di sela-sela penampilan.


Dampak Ekonomi untuk UMKM dan Sektor Wisata Jogja

Selain aspek edukatif, Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025 juga memberikan dampak ekonomi signifikan bagi kota Yogyakarta. Ketua KPK Setyo Budiyanto mengakui bahwa penyelenggaraan acara berskala nasional seperti ini berpotensi meningkatkan perputaran ekonomi daerah, terutama sektor penginapan, kuliner, transportasi, dan UMKM.

Data dari pelaku usaha menunjukkan lonjakan okupansi hotel di kawasan Malioboro dan sekitarnya mencapai 80-90% selama periode 6-9 Desember. Rental kendaraan, khususnya sepeda motor dan mobil, juga mengalami peningkatan permintaan hingga 60% dibanding hari biasa. Pedagang kuliner di sekitar Malioboro melaporkan kenaikan omzet antara 40-70%, terutama untuk makanan ringan dan minuman dingin yang banyak diburu pengunjung acara.

Salah satu program unggulan yang melibatkan UMKM adalah Pasar Kangen Antikorupsi yang digelar di area parkir Teras Malioboro Beskalan dari 5-9 Desember 2025. Pasar ini menghadirkan sekitar 50 stan UMKM yang menjual produk jadul, jajanan pasar, kerajinan tangan, hingga jamu tradisional. Uniknya, panitia HAKORDIA memberikan voucher belanja senilai Rp30.000 per pengunjung yang dapat digunakan di berbagai stan—strategi ini terbukti efektif meningkatkan daya beli dan mendukung UMKM lokal.

Niena Rahayu Purnomo, pemilik stan jamu “Selaras Ayu,” mengapresiasi konsep ini: “Dengan adanya voucher dari panitia, pembeli jadi lebih tertarik mencoba produk kami. Ini membantu UMKM seperti kami untuk lebih dikenal masyarakat luas.”

Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan menambahkan bahwa penyelenggaraan HAKORDIA 2025 juga memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota yang berkomitmen terhadap integritas dan reformasi birokrasi, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata kota.


Integrity Expo dan Pasar Kangen: Edukasi Lewat Pengalaman Langsung

Salah satu daya tarik utama HAKORDIA 2025 adalah Integrity Expo yang digelar di Benteng Vredeburg dan Teras Malioboro 1 dari 6-9 Desember. Expo ini menampilkan pameran edukatif tentang upaya pemberantasan korupsi, inovasi antikorupsi dari berbagai instansi pemerintah, hingga layanan publik gratis seperti perpanjangan SIM, pembuatan SKCK, dan Samsat Keliling.

Sekitar 30 booth dari berbagai kementerian, lembaga, BUMN, dan komunitas antikorupsi turut berpartisipasi. Pengunjung dapat belajar tentang mekanisme pelaporan gratifikasi, cara mengakses informasi publik, hingga bagaimana melaporkan dugaan korupsi melalui platform digital. Booth KPK menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi karena menyediakan permainan edukatif, video interaktif, dan doorprize menarik.

KPK juga memanfaatkan momentum ini untuk meresmikan pembaruan booth edukasi antikorupsi di Taman Pintar Yogyakarta pada 8 Desember 2025. Booth yang didukung oleh GIZ ini didesain dengan visual komik yang lebih segar dan konten interaktif yang disesuaikan dengan pola pikir generasi digital. Dengan jumlah pengunjung Taman Pintar yang mencapai ratusan ribu orang setiap tahun, ruang edukasi ini dipandang sebagai lokasi strategis untuk menanamkan nilai integritas sejak dini.

Wakil Ketua KPK Ibnu Basuki Widodo menekankan pentingnya pendekatan keluarga dalam edukasi antikorupsi: “Perlu sistem yang baik, tapi lebih penting lagi adalah kepemimpinan yang berani dan berintegritas dalam tindakan, bukan sekadar kata-kata. Kami ingin pesan itu juga sampai kepada anak-anak melalui booth edukatif ini.”

Pasar Kangen yang digelar bersamaan juga menjadi media edukatif yang efektif. Melalui nostalgia produk jadul dan interaksi langsung dengan pelaku UMKM, pengunjung—terutama generasi muda—diajak memahami bahwa integritas relevan di semua aspek kehidupan, termasuk dalam berbisnis secara jujur dan transparan.


Baca Juga AI Borobudur Prambanan 2025


Pesan Moral dan Harapan untuk Masa Depan Indonesia

Karnaval Seni Nada Wicara HAKORDIA Jogja 2025 bukan hanya tentang pawai, konser, atau lomba lari. Ini adalah gerakan kolektif untuk mengingatkan seluruh elemen bangsa bahwa korupsi adalah musuh bersama yang harus diberantas secara serentak, masif, dan berdampak.

Data terbaru menunjukkan bahwa tantangan korupsi di Indonesia masih besar. Pada 2025, beberapa kasus megakorupsi terungkap dengan kerugian negara mencapai ratusan triliun rupiah—mulai dari kasus Pertamina (Rp193,7 triliun per tahun), Timah (Rp300 triliun), hingga Wilmar Group (Rp11,8 triliun). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) juga mencatat bahwa hingga Februari 2025, Tindak Pidana Korupsi masih mendominasi dengan 25% dari total Hasil Analisis yang dikirim ke penyidik.

Namun, ada harapan. Peningkatan IPK Indonesia dari 34 menjadi 37 poin pada 2024 menunjukkan bahwa upaya KPK, pemerintah, dan masyarakat sipil mulai membuahkan hasil—meski masih perlu kerja keras ekstra untuk mengejar negara tetangga.

Tema HAKORDIA 2025, “Satukan Aksi, Basmi Korupsi!”, menegaskan bahwa gerakan antikorupsi tidak dapat berdiri sendiri. Butuh kolaborasi seluruh elemen: pemerintah, swasta, akademisi, media, komunitas, hingga individu di lingkungan terkecil. Setiap tindakan jujur, sekecil apa pun, adalah kontribusi nyata untuk masa depan Indonesia yang lebih transparan, berintegritas, dan bebas dari korupsi.

Acara puncak HAKORDIA 2025 dijadwalkan berlangsung pada 9 Desember 2025 di Bangsal Kepatihan dengan kehadiran Presiden Prabowo Subianto yang akan memberikan arahan strategis terkait penguatan pemberantasan korupsi di tanah air. Momentum ini diharapkan menjadi titik balik bagi Indonesia untuk semakin serius dalam menegakkan integritas di semua lini kehidupan.

Seperti yang disampaikan mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas: “Memberantas korupsi itu sebuah panggilan. Dan kalian yang hadir di sini adalah bukti bahwa jiwa kritis bangsa ini masih hidup.”


Pertanyaan untuk Anda: Menurut data yang disajikan di artikel ini, poin mana yang paling membuka mata Anda tentang pentingnya gerakan antikorupsi? Apakah pendekatan “Pesta Rakyat Antikorupsi” seperti HAKORDIA 2025 efektif untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda? Bagikan pandangan Anda!


Referensi & Link Terkait: