Sejarah Islam di Nusantara tidak hanya diwarnai oleh penyebaran syariat dan fiqih, tetapi juga oleh gerakan tasawuf dan tarekat yang berperan besar dalam membentuk karakter umat. Salah satu tokoh sentral dalam tradisi tasawuf Indonesia adalah Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang lebih dikenal dengan sebutan Eyang Suryalaya atau Abah Sepuh. Beliau merupakan pendiri Pondok Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, sebuah pesantren yang kelak menjadi pusat perkembangan Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) di Indonesia.
Baca juga : tol cipularang kembali menelan korban
Baca juga : makna kehidupan sederhana dalam rumah tangga
Baca juga : karier wakil bupati hengky kurniawan
Baca juga : Teknologi keberlanjutan inovasi ayam petelur
Baca juga : Bukit raya gunung misteri kalimatan
Baca juga : Manfaat memakan brokoli bagi jantung
Latar Belakang dan Kelahiran
Eyang Suryalaya lahir pada tahun 1840 M di Kampung Godebag, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Nama kecilnya adalah Abdullah Mubarok, putra dari Raden Nur Muhammad. Dari garis keluarga, beliau masih keturunan bangsawan Sunda yang religius. Sejak kecil, Abdullah Mubarok tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai keislaman.
Lingkungan sosial Tasikmalaya pada abad ke-19 ditandai oleh kuatnya tradisi pesantren, tarekat, dan perlawanan kultural terhadap penjajahan Belanda. Pada masa itu, masyarakat Sunda banyak yang mencari kedalaman spiritual melalui jalur tasawuf. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membentuk corak religius Abdullah Mubarok.
Pendidikan dan Pencarian Ilmu
Abah Sepuh menempuh pendidikan dasar agama dari orang tuanya sendiri serta para ulama di sekitar Tasikmalaya. Namun, jiwanya yang haus ilmu mendorongnya untuk berguru ke berbagai pesantren di Jawa Barat. Dalam pencarian spiritual yang lebih dalam, beliau akhirnya bertemu dengan para mursyid tarekat.
Perjumpaan penting terjadi ketika beliau masuk ke dalam Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN). Dari mursyidnya, beliau mendapat ijazah talqin dzikir serta mandat untuk menyebarkan ajaran tarekat ini. TQN sendiri merupakan gabungan dari dua jalur tasawuf besar: Qodiriyah yang menekankan kekuatan dzikir jahr (keras) dan Naqsyabandiyah yang menekankan dzikir khafi (dalam hati). Perpaduan dua tradisi ini menjadikan TQN sebagai tarekat yang seimbang antara aspek lahiriah dan batiniah.
Pendirian Pesantren Suryalaya
http://www.eskicanakkale.com
Pada tahun 1905, Abdullah Mubarok mendirikan sebuah pesantren di Desa Tanjungkerta. Pesantren itu kelak dikenal dengan nama Suryalaya, yang secara harfiah berarti “matahari cahaya”. Nama ini mencerminkan cita-cita beliau agar pesantren tersebut menjadi pusat pencerahan spiritual bagi umat Islam.
Pesantren Suryalaya sejak awal memiliki corak yang berbeda dengan kebanyakan pesantren lain pada masanya. Jika sebagian pesantren lebih menekankan pada ilmu syariat seperti fiqih, nahwu, sharaf, dan tafsir, maka Suryalaya menggabungkan antara syariat dan tarekat. Santri tidak hanya belajar kitab kuning, tetapi juga menjalani pembinaan rohani melalui dzikir, wirid, dan bimbingan spiritual langsung dari mursyid.
Ajaran dan Filosofi Abah Sepuh
1. Dzikir sebagai Jalan Penyucian Jiwa
Bagi Abah Sepuh, dzikir adalah inti dari perjalanan spiritual seorang hamba. Melalui dzikir, hati menjadi bersih dari sifat sombong, iri, dengki, dan cinta dunia. Beliau menekankan dua jenis dzikir utama:
- Dzikir Jahr: menyebut nama Allah dengan suara keras, untuk menguatkan kesadaran lahiriah.
- Dzikir Khafi: menyebut nama Allah dalam hati, untuk memperhalus kesadaran batiniah.
Kedua dzikir ini dilakukan secara berkesinambungan dalam bimbingan seorang mursyid.
2. Keseimbangan Syariat dan Hakikat

Abah Sepuh menolak pandangan yang memisahkan antara syariat dan tasawuf. Baginya, syariat adalah jalan, sementara hakikat adalah tujuan. Tidak mungkin seseorang mencapai kedekatan dengan Allah tanpa menjalankan syariat. Namun, syariat saja tanpa penyucian hati juga tidak cukup.
3. Tasawuf yang Sosial
Berbeda dengan anggapan bahwa tasawuf hanya mengajarkan uzlah (menyendiri), Abah Sepuh justru menekankan peran sosial. Santri dan jamaah dididik agar aktif membantu masyarakat, mengajarkan akhlak mulia, dan menjadi teladan.
Peran dalam Masyarakat
Selain mendidik santri, Abah Sepuh berperan besar dalam membimbing masyarakat luas. Pesantren Suryalaya menjadi tempat rujukan spiritual bagi berbagai kalangan, mulai dari petani, pedagang, hingga bangsawan.
Pada masa penjajahan Belanda, ajaran Abah Sepuh secara tidak langsung menguatkan semangat perlawanan rakyat. Beliau mengajarkan keberanian moral dan cinta tanah air. Meskipun tidak terjun langsung ke medan perang, tetapi semangat spiritual yang beliau tanamkan menjadi sumber kekuatan umat.
Karomah Eyang Suryalaya
Sebagai seorang mursyid tarekat, banyak murid dan masyarakat yang meyakini bahwa Abah Sepuh memiliki karomah (kelebihan spiritual yang dianugerahkan Allah kepada para wali-Nya). Beberapa kisah yang populer antara lain:
- Beliau mampu mengetahui isi hati murid-muridnya.
- Ada kesaksian bahwa doa beliau sering dikabulkan dengan cepat.
- Pesantren yang beliau dirikan tetap eksis dan berkembang meskipun beliau telah wafat.
Namun, penting dicatat bahwa Abah Sepuh sendiri tidak pernah menonjolkan karomah. Beliau selalu menekankan bahwa semua itu semata-mata kehendak Allah, bukan karena dirinya.
Wafatnya Abah Sepuh
Abah Sepuh wafat pada tahun 1956 M dalam usia sekitar 116 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kompleks Pesantren Suryalaya. Hingga kini, makam beliau sering diziarahi oleh jamaah dari berbagai daerah, bukan untuk meminta berkah, tetapi sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan perjuangan seorang ulama besar.
Kepemimpinan Abah Anom dan Perkembangan Pesantren

Sepeninggal Abah Sepuh, kepemimpinan Pesantren Suryalaya dilanjutkan oleh putranya, KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan sebutan Abah Anom. Di tangan Abah Anom, pesantren ini mengalami perkembangan pesat.
Salah satu inovasi besar adalah program Terapi Moral Spiritual (TMS) untuk rehabilitasi pecandu narkoba dan alkohol. Metode ini menggunakan dzikir dan pendekatan spiritual untuk menyembuhkan ketergantungan. Program ini bahkan diakui oleh pemerintah dan menjadikan Pesantren Suryalaya sebagai pusat rehabilitasi berbasis agama terbesar di Indonesia.
Selain itu, jaringan TQN Suryalaya meluas ke seluruh Nusantara bahkan ke mancanegara. Jamaahnya mencakup berbagai kalangan, dari rakyat kecil hingga pejabat negara.
Warisan Abah Sepuh
Hingga kini, warisan Abah Sepuh tetap hidup melalui:
- Pesantren Suryalaya yang masih menjadi pusat pengajaran TQN.
- Jaringan Jamaah TQN di seluruh Indonesia.
- Literatur Tasawuf yang diajarkan melalui kitab-kitab karya ulama tarekat.
- Spirit Moderasi Islam, yaitu keseimbangan antara syariat, tasawuf, dan kehidupan sosial.
Latar Sosial Politik Priangan Abad ke-19
Pada masa kelahiran Abah Sepuh (1840), tanah Priangan berada dalam cengkeraman penjajahan Belanda. Sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) masih berlaku, yang sangat membebani rakyat. Banyak penduduk Sunda yang hidup miskin, menderita, dan kehilangan harapan.
Di sisi lain, ulama dan pesantren menjadi benteng moral masyarakat. Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga pusat perjuangan, penguatan identitas, dan perlawanan kultural. Para kiai sering menjadi rujukan rakyat ketika menghadapi penindasan kolonial.
Tasikmalaya sendiri memiliki banyak pesantren tua, dan masyarakatnya dikenal religius. Dalam kondisi inilah Abdullah Mubarok muda tumbuh. Ia menyaksikan langsung penderitaan rakyat sekaligus menyerap tradisi spiritual yang kuat. Hal ini membentuk pribadi Abah Sepuh sebagai ulama yang berpihak pada rakyat kecil sekaligus berpegang teguh pada ajaran Islam.
Kehidupan Sehari-hari Abah Sepuh

Sebagai mursyid tarekat dan pendiri pesantren, kehidupan Abah Sepuh sederhana. Beliau dikenal sangat disiplin dalam beribadah, menjaga wudhu, dan konsisten dalam dzikir.
Setiap hari, beliau mengajar santri dengan penuh kesabaran. Waktu siang digunakan untuk pelajaran syariat seperti fiqih, tauhid, tafsir, dan nahwu. Sedangkan waktu malam dipenuhi dengan dzikir, wirid, dan pembinaan ruhani.
Murid-murid menggambarkan Abah Sepuh sebagai pribadi yang:
- Lemah lembut dalam berbicara, tetapi tegas dalam prinsip.
- Dekat dengan masyarakat kecil, bahkan sering membantu petani yang kekurangan pangan.
- Kharismatik, sehingga kata-katanya didengar bukan karena status, melainkan karena ketulusan.
Kesederhanaan beliau menjadi teladan, sehingga santri dan jamaah merasa tidak berjarak dengan gurunya.
Kisah Lisan dan Kesaksian Masyarakat
Banyak kisah yang beredar di masyarakat tentang keistimewaan Abah Sepuh. Kisah-kisah ini dituturkan dari generasi ke generasi, sehingga menjadi bagian dari tradisi lisan.
- Ketekunan dalam Dzikir
Disebutkan bahwa Abah Sepuh bisa berjam-jam dalam keadaan duduk dzikir tanpa bergerak. Murid-muridnya sering terheran bagaimana beliau bisa begitu khusyuk, seolah tidak merasakan waktu yang berlalu. - Karomah Ketenangan
Beberapa saksi mengatakan bahwa ketika ada keributan atau konflik di sekitar pesantren, cukup dengan kehadiran Abah Sepuh suasana menjadi tenang. Wibawa spiritual beliau begitu terasa. - Kecintaan Murid
Murid-murid merasa sangat terikat batin dengan Abah Sepuh. Banyak yang bercerita bahwa bahkan setelah beliau wafat, mereka masih merasa dibimbing melalui mimpi atau ilham.
Meski demikian, Abah Sepuh selalu menolak disebut memiliki karomah. Beliau menegaskan bahwa segala kebaikan datang dari Allah, bukan dari dirinya.
Pengaruh TQN Suryalaya terhadap Islam Nusantara

TQN Suryalaya bukan sekadar tarekat, melainkan gerakan spiritual yang memberi warna pada Islam Nusantara. Ada beberapa kontribusi penting:
- Melestarikan Tasawuf di Tengah Modernisasi
Pada awal abad ke-20, muncul gerakan modernis yang sering mengkritik praktik tasawuf. Namun, TQN Suryalaya membuktikan bahwa tasawuf bisa berjalan beriringan dengan syariat dan pendidikan modern. - Menghadirkan Islam yang Damai
Dalam masyarakat Sunda yang sering menghadapi gejolak politik, ajaran Abah Sepuh menghadirkan keteduhan. Dzikir menjadi sarana penyembuhan batin bagi rakyat. - Jaringan Nasional
Jamaah TQN Suryalaya menyebar ke seluruh Indonesia. Hal ini menjadikan ajaran Abah Sepuh bagian dari mozaik Islam Nusantara yang kaya dan beragam.
Perbandingan dengan Pesantren Lain di Jawa Barat
Untuk memahami posisi Pesantren Suryalaya, perlu dibandingkan dengan pesantren lain pada masanya:
- Pesantren Sukamanah (KH. Zainal Musthafa) → dikenal sebagai basis perlawanan bersenjata terhadap Jepang.
- Pesantren Gentur (Cianjur) → kuat dalam bidang fiqih dan pendidikan syariat.
- Pesantren Cipasung (Tasikmalaya) → berkembang menjadi pesantren besar dengan penekanan pada pendidikan formal.
Suryalaya menempati posisi unik karena fokus pada tarekat dan pembinaan spiritual. Jika pesantren lain banyak menghasilkan ulama fiqih dan pejuang politik, maka Suryalaya melahirkan jamaah dzikir yang tersebar luas.
Relevansi Ajaran Abah Sepuh di Era Modern
Di tengah dunia modern yang penuh stres, krisis moral, dan kecanduan teknologi, ajaran Abah Sepuh tetap relevan. Beberapa poin penting yang bisa dipetik:
- Dzikir sebagai Terapi Mental
Dzikir yang diajarkan Abah Sepuh terbukti mampu menenangkan hati dan pikiran. Ini relevan dengan masalah kesehatan mental modern. - Tasawuf yang Sosial
Abah Sepuh mengajarkan bahwa orang beragama tidak boleh hanya fokus pada ibadah pribadi, tetapi juga harus peduli pada masyarakat. Konsep ini sangat dibutuhkan di era individualisme. - Keseimbangan Dunia-Akhirat
Islam tidak menolak dunia, tetapi juga tidak tenggelam dalam materialisme. Keseimbangan inilah yang menjadi warisan penting dari ajaran beliau.