Pertempuran Lodi, yang terjadi pada 10 Mei 1796, adalah salah satu momen awal yang membentuk legenda Napoleon Bonaparte. Peristiwa ini terjadi di Italia utara, selama Perang Koalisi Pertama (1792–1797), antara Republik Prancis Revolusioner melawan Kekaisaran Austria dan sekutunya. Meski dari sisi militer pertempuran ini bukanlah kemenangan strategis terbesar dalam kampanye Italia, secara simbolis Lodi menjadi titik balik dalam karier Napoleon, baik sebagai panglima perang maupun sebagai tokoh politik.
Pada awal 1796, situasi Prancis di Italia cukup lemah. Pasukan Prancis di bawah Armée d’Italie kekurangan suplai, peralatan, dan moral. Namun, pada Maret 1796, pemerintah Direktori menunjuk Napoleon Bonaparte, seorang jenderal muda berusia 26 tahun, untuk memimpin kampanye.
Napoleon memulai ofensifnya dengan serangkaian manuver cepat dan agresif. Ia mengalahkan pasukan Piedmont-Sardinia di Montenotte, Millesimo, dan Mondovì, memaksa mereka keluar dari perang melalui Perjanjian Cherasco. Selanjutnya, fokusnya beralih ke pasukan Austria di bawah komando Feldzeugmeister Johann Beaulieu. Setelah kemenangan di Fombio pada 8–9 Mei 1796, pasukan Austria mundur ke Sungai Adda, dengan sebagian besar kekuatan melintasi sungai di kota Lodi.
Dengan jumalah pasukan
Prancis: ±15.000 orang di bawah Napoleon Bonaparte, termasuk infanteri, kavaleri, dan artileri lapangan.

STRATEGI dan jalan petempuran.
Napoleon menyadari bahwa serangan frontal akan mahal, tetapi jika ia membiarkan Austria mundur tanpa gangguan, mereka akan bertahan lebih lama di Mantua. Ia memerintahkan artileri Prancis untuk ditempatkan di tepi barat sungai dan membombardir posisi Austria. Meriam Prancis berhasil menekan beberapa posisi musuh, namun tembakan balasan Austria sangat intens.
Pagi hari 10 Mei 1796, vanguard (barisan depan) Prancis di bawah Jenderal Claude Dallemagne tiba di barat Lodi. Austria telah mempersiapkan pertahanan di ujung timur jembatan kayu sepanjang ±200 meter, dengan medan terbuka di sekitarnya. Sungai Adda cukup lebar dan deras, membuat penyeberangan di luar jembatan hampir mustahil bagi infanteri.
Menjelang sore, Napoleon memutuskan untuk melancarkan serangan langsung melintasi jembatan. Ia membentuk kolom serang dari grenadier pilihan, didukung infanteri reguler, dengan kavaleri bersiap untuk mengejar jika pertahanan Austria runtuh.
Para perwira seperti André Masséna, Jean Lannes, dan Claude Dallemagne mengambil posisi di garis depan, sementara Napoleon sendiri berada sangat dekat dengan jembatan untuk memimpin dan memberi semangat.
Sekitar pukul 6 sore, pasukan grenadier Prancis mulai berlari di sepanjang jembatan di bawah hujan peluru musket dan grapeshot. Korban jatuh segera menumpuk di papan jembatan yang sempit. Meski demikian, gelombang demi gelombang tentara Prancis terus maju. Moral mereka dipompa oleh kehadiran Napoleon yang berulang kali mengangkat topinya dan berteriak memberi dorongan.
Setelah pertempuran sengit jarak dekat di ujung timur jembatan, pasukan Austria mulai goyah. Kavaleri Prancis, yang telah menemukan penyeberangan dangkal di bagian lain sungai, menyerang sayap Austria. Terjepit dari dua arah, Austria memutuskan mundur menuju Cremona, meninggalkan artileri mereka dan sejumlah besar korban.
korban pihak Prancis ±350–400 tewas atau luka.
korban pihak Austria ±2.000 tewas/luka, termasuk tawanan; 14 meriam jatuh ke tangan Prancis.
Prancis berhasil memaksa Austria mundur, meskipun Beaulieu dan sebagian besar pasukannya berhasil melarikan diri.Jalan menuju Cremona terbuka, dan Austria terdorong ke benteng Mantua, yang kemudian menjadi sasaran pengepungan panjang.
The Little Corporal The Bridge of Lodi Napoleon Bonaparte
http://www.eskicanakkale.com
Bagi Napoleon, Lodi bukan sekadar kemenangan, melainkan momen pembentukan identitasnya sebagai pemimpin karismatik. Dalam memoarnya di Saint Helena, ia menulis bahwa di Lodi ia pertama kali merasakan “panggilan takdir” untuk memainkan peran besar di panggung politik dan militer Eropa.
Kemenangan ini mengangkat moral Armée d’Italie secara signifikan. Pasukan mulai melihat Napoleon bukan hanya sebagai jenderal muda, tetapi sebagai pemimpin yang berani berbagi risiko di garis depan.
Peristiwa ini menambah mitos Napoleon sebagai “The Little Corporal”, julukan yang lahir dari reputasinya selalu berada di tengah tentaranya, bukan hanya memberi perintah dari belakang.
Walau secara militer Austria masih mampu bertahan di Italia utara, efek psikologis dari kekalahan ini membuat komandan Austria lebih berhati-hati menghadapi manuver cepat Napoleon.
Pertempuran Lodi sering dibahas dalam konteks perang manuver Napoleon. Meskipun penyerangan frontal melintasi jembatan bukanlah manuver paling efisien secara militer, keputusan itu menunjukkan:
Kecepatan Operasi: Napoleon tidak memberi waktu bagi Austria untuk memperkuat posisi di timur Sungai Adda.
Penggunaan Moral sebagai Senjata: Dorongan moral dan keteladanan pribadi bisa memecahkan kebuntuan yang secara teknis merugikan.
Koordinasi Senjata Gabungan: Artileri, infanteri, dan kavaleri digunakan secara terpadu untuk memecah pertahanan musuh.
Namun, banyak Ahli sejarawan menilai bahwa Lodi lebih bernilai politis daripada militer. Beaulieu sebenarnya tidak berniat mempertahankan Lodi secara permanen; ia hanya ingin menunda kemajuan Prancis sambil memindahkan pasukan utamanya.
baca juga : Limbah Kain penghasiL uang?
baca juga : Bangkai Mobil Bus Menjadi Restoran Unik
baca juga : Manfaat Peregangan Otot Secara Home Stay
Pertempuran Lodi 1796 adalah kemenangan kecil secara strategis, tetapi besar secara simbolis. Di sinilah Napoleon membangun reputasinya sebagai pemimpin visioner yang berani mengambil risiko. Lodi membuka jalan bagi pengepungan Mantua dan akhirnya penguasaan Prancis atas Italia utara. Lebih dari itu, peristiwa ini menjadi batu loncatan yang mengubah seorang jenderal muda menjadi salah satu tokoh militer paling berpengaruh dalam sejarah dunia.